Seorang yang hidup pasti butuh teman. Ya, dengan keberadaan seorang teman, kita bisa berinteraksi, tukar pikiran dan menjalin hubungan yang mutualisme. Banyangkan, apabila kita sendiri tanpa teman. Walaupun berada dalam sebuah kemewahan, semua itu tak berarti kalau hanya sendiri. yang ada hanyalah kesepian.
Adam
'alahisalam, saat masih seorang diri pun merasakan demikian, padahal beliau berada didalam surga. Menginginkan hadirnya seorang teman yang mengisi kehidupannya. Hingga bisa dijalani bersama. Akhirnya Allah ta'ala menciptakan hawa, sebagai teman hidupnya. Berdua lalui hari-hari dengan tenang dan penuh kenyamanan.
Suami istri adalah teman dalam hidup. Masing-masingnya merasa tenang dengan keberadaan pasangannya. itulah nikmat dari Allah ta'ala.
Allah ta'ala ciptakan seorang istri agar suami merasa tenang dengannya. Demikian pula ketenangan istri ada saat disisi suami.
Itulah salah satu hikmah pernikahan. Namun suami istri adalah munisa biasa. Kali ini mungkin bersalah, besok bisa jadi tersalah. Sehingga, hikmah tersebut kadang belum tecapai secara maksimal. Atau bahkan bisa meimbulkan keadaan yang sebaliknya. Keberadaan pasangan justru menimbulkan ketidaknyamanan. Inilah cobaan.
Saat seperti itu, apa yang mesti dilakukan. Masing-masingnya harus bersikap dewasa.
Yang bersalah tidak boleh malu untuk mengaku. Ingatlah saat kita bersalah dengan teman, demi kenyamanan hubungan, kita merasa ringan untuk bilang 'maaf ya".
Tapi giliran bersalah dengan sumai atau istri, rasa berat dihati yang lebih mendominasi. Seakan mau mengatakan, "
kamu yang salah". Atau
"kalau aku salah, kamu yang lebih banyk salah" .
Nah, pikiran-pikiran seperti ini coba kita singkirkan. Dialah teman hidup kita. Harapan untuk bersama selama di dunia sampai kelak nanti di akhirat.
Cobalah untuk membuka hati. Bersikap sebagai seorang kesatria, mau mengakui kesalahan. Tidak perlu bersdusta untuk menutupi kesalahan. Kejujuranlah yang kita perlukan. Kejujuranlah yang dia harapkan.
Jangan berat untuk tersenyum sambil mengatakan
"maaf".
Demikian pula dari pihak yang disalahi. Sikap mengalah, banyak memberikan udzur, perlu senantiasa dipupuk. Kalau dia salah, maka seperti itulah kita. Kita juga pernah, bahkan mungkin lebih banyak salahnya.
Cobalah untuk meredam amarah. Dengan kepala dingin, dudukan pasangan. Ajak bicara dengan tenang. Cobalah berkomunikasi untuk tahu masalh apa yang sebenarnya terjadi. Stelah itu, bersama-sama mencari solusi.
Yang perlu diperhatikan, saat-saat seperti itu kita harus axtra dalam menjaga lisan. Waspada dari tipu daya syaithan, yang selalu berusaha untuk memecah belah suami-istri. Hati-hati dalam dalam berbicara, karena masing-masing sedang dalam keadaan sensitif.
Jangan sampai kita mencela pasangan, merendahkannya, mengungkit kesalahan-kesalahannya dan seterusnya. Ingatlah selalu dialh teman hidup kita. Teman seperjuangan dalam menggapai aral kehidupan. Teman dalam menegakkan rumah tangga.
Teman seperjuangan dalam membesarkan dan mendidik anak-anak. Maka jangan sampai kita mendzaliminya, menyakiti hatinya, sehingga terasa pahit, membekas didalm dadanya.
Sebagai mana terdapat dalam sebuah hadits dari Nabi
shalallahu 'alahi wasallam:
dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim itu saudara muslim yang lain. Maka tidak boleh mendzaliminya, menghinanya, mendustakannya dan merendahkannya.(HR. Muslim)
Ingatlah selalu nasihat Rasulullah diatas. Semoga kita menjadi pasangan yang shalih dan shalihah, amin.
Wallahu a'lam Bishshowab...
Referensi :
- مجلة التصفية رقم112 /28